#16 | Harry Potter and The Order of Phoenix - JK. Rowling

Harry Potter and The Order of Phoenix
(Harry Potter dan Orde Phoenix)
Penulis: JK. Rowling
Penerjemah: Listiana Srisanta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 1200 halaman
Cetakan: Januari 2014
ISBN: 9789792206524

Harry Potter is due to start his fifth year at Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. His best friends Ron and Hermione have been very secretive all summer and he is desperate to get back to school and find out what has been going on. However, what Harry discovers is far more devastating than he could ever have expected...

Suspense, secrets and thrilling action from the pen of J.K. Rowling ensure an electrifying adventure that is impossible to put down.
“Things we lose have a way of coming back to us in the end, if not always in the way we expect.”

Selama libur mengajar seminggu kemarin, saya menamatkan tiga seri terakhir novel Harry Potter tanpa jeda dan… pyuh dan waw! Tiga seri terakhir ini mengaduk-aduk perasaan sekali.

Oke, kita mulai dari novel seri ke lima.

Harry Potter and The Order of Phoenix menjadi semacam selongsong yang menghubungkan awal dari alur utama yang berlangsung di seri sebelumnya. Cerita seperti biasa diawali dari libur akhir tahun Harry Potter di rumah bibinya—Petunia Vernon—yang tidak juga menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Ditambah dengan kedatangan beberapa Dementor ke daerah minim keberadaan penyihir itu yang membuat Harry mau tidak mau mengeluarkan patronusnya dan mendapat teguran dari kementerian sihir mengenai penggunaan sihir di bawah umur. Hal ini membuat Harry jengkel, apalagi dengan ketiadaan kabar yang cukup dari teman-temannya—Ron dan Hermione. Tapi yang pasti, dan begitu juga dengan yang Harry sadari, sesuatu yang besar telah terjadi di luar pengamatannya. Hal itu berhubungan dengan kebangkitan Voldemort yang muncul di akhir seri sebelumnya, yang menyebabkan Cedric Diggory tewas dengan satu mantra Avada Kadavra.

Harry kemudian dibawa ke rumah walinya—Sirius—dan terkejut ketika mendapati bahwa mungkin hanya dirinya sendiri yang tidak tahu bahwa sebuah rencana besar sedang dipersiapkan. Harry marah sebab merasa bisa ikut berkontribusi dalam rencana mereka, hingga awal tahun pelajaran baru dimulai dan mereka harus pergi ke Hogwarts dengan pengawalan yang ketat.

Keadaan di Hogwarts pun tidak membaik, apalagi dengan campur tangan kementerian. Dia adalah Umbridge yang menjadi musuh utama para siswa yang tidak suka dengan keberadaan guru itu. Apalagi ketika mengetahui bahwa Umbridge lah yang menjadi guru Pertahanan Ilmu Hitam. Hal ini membuat Hermione berpikir untuk belajar pertahanan Ilmu Hitam bersama dengan instruktur Harry dan akhirnya terbentuklah Dumbledores Army yang menjadi bagian penting yang dalam keruntuhan Voldemort.

Cerita berlangsung menjengkelkan dengan semua tingkah Umbridge yang semaunya dan posisi Harry yang tersudut dari banyak sisi. Begitu juga setelah Dumbledores menghilang dan membuat Hogwarts seperti di ujung tanduk. Cerita tentang kebangkitan Voldemort masih ditutup-tutupi dari publik dan mengesankan Harry sebagai anak kecil pembual.

Tapi kebenaran akhirnya terbukti setelah beberapa anggota Dumbledores Army merangsek ke kementerian untuk mengambil ramalan yang begitu diinginkan oleh Voldemort. Baku hntam pun terjadi dan Sirius harus tewas di tangan Death Eater, sepupunya sendiri, Bellatrix Lestrenge dan membenamkan Harry dalam kesedihan yang tiada tara.

Meskipun akhirnya ramalan itu pecah dan membuat Voldemort murak, Harry masih memiliki Dumbledore yang masih mengingat keseluruhan ramalan itu. Tapi kejadian itu membuat semua warga penyihir terbuka tentang kembali berkuasanya Voldemort.

Yah, seri yang kelima ini menjadi salah saru seri yang menguras emosi. Dari awal membuat saya kesal dengan ulah si perempuan kodok Umbridge dan di akhir membuat saya sedikit sesak dengan kematian Sirius. Tapi setelah tamat membacanya, membuat saya sedikit gentar dengan kembali kuatnya Voldemort. Saya berharap tidak ada lagi tokoh penting yang tewas di seri selanjutnya meskipun yakin itu tidak akan terjadi.

Saya turut berbahagia ketika Malfoy masuk ke penjara dan memendam amarah yang begitu besar untuk si Lestrenge yang menyebalkan. Dan berpikir upaya balas dendam seperti apa yang terbaik untuk membuatnya tewas. Haha.



Post a Comment