#25 | Lovasket - Luna Torashyngu


Lovasket  (Lovasket #1)
Penulis: Luna Torashyngu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 312 hal, 
Cetakan: Juni 2007
ISBN: 9792229493

Hidup Vira hancur ketika ayahnya dituduh melakukan korupsi dan harus dipenjara. Mendadak Vira kehilangan harta benda, kedudukannya sebagai ketua geng The Roses, teman-teman, pacar, bahkan dia dikeluarkan dari sekolahnya, SMA Altavia, SMA paling elite di Bandung. Akibatnya Vira jadi mogok hidup, juga mogok main basket yang sebetulnya merupakan "hidupnya". Dia merasa tidak ada gunanya punya teman lagi, karena terbukti teman-teman hanya mendampinginya saat dia berada pada puncak hidupnya.

Niken adalah Ketua OSIS SMA 31, SMA kecil di pinggiran Bandung. SMA 31 memutuskan akan memangkas anggaran ekskul sehingga ekskul-ekskul yang tidak berprestasi akan dihapuskan. Ini jadi tugas besar bagi Niken: dia harus menyeleksi ekskul mana yang akan dipertahankan dan mana yang harus dihapus. Di antara dilema besar ini, Niken melihat salah satu cara untuk menyelamatkan ekskul basket. Mungkin kalau dia bisa membujuk murid baru itu untuk bergabung dengan ekskul basket, ekskul ini bisa selamat. Selain itu, mungkin Niken juga bisa membuat murid baru yang kelihatan depresi itu lebih ceria. Mungkin Niken bisa membuat Vira tersenyum lagi....

"Tim ini punya seorang pemain hebat, yang bisa mewujudkan mimpi dan harapan pemain lainnya jadi kenyataan."

Di sela-sela kebingungan saya dengan nasib skripsi yang belum jelas juntrungannya ini, selama seminggu lalu saya menghabiskan waktu full di rumah. Tidak ada pekerjaan lain selain merawat Mama yang sedang sakit dan mengorek-ngorek buku bacaan karena bulan lalu novel-novel yang sudah saya baca belum sepenuhnya selesai. Alhasil karena hanya ingin sekadar 'membaca' akhirnya saya menemukan Lovasket-nya Luna Torashyngu yang sudah diabaikan sekian tahun karena alasan genrenya tidak sesuai dengan selera.

Sebelumnya pernah beberapa kali membaca novel ini tapi selalu gagal karena bagian awal dari cerita tentang Savira Priskilla ini cukup flat, mengisahkan kehidupan borju Vira dengan segala hal yang serba wah dan mewah. Hidup empat tahun di tempat yang sama dengan setting lokasi novel ini bikin saya merasa 'kecil' karena pergaulan saya tidak seluas dan seliar Vira. #abaikan

Di bagian kehidupan Vira berubah seratus delapan puluh derajat karena kasus yang menjerat ayahnya, cerita mulai terasa menarik. Ada banyak perasaan yang muncul dari simpati, marah, dan kecewa serta bahagia. Simpati karena Vira harus menjadi bukan siapa-siapa selepas didepak dari SMA Altavia dan tinggal di sepetak rumah yang tidak seberapa. Marah dengan pacar dan teman Vira yang nyatanya mau bersahabat karena kepentingan tertentu. Kecewa dan bahagia karena Vira berubah menjadi orang lain tapi bahagia karena perubahan itu lambat laun membuatnya menjadi orang yang lebih baik.

Kehidupan Vira di sekolah barunya tak kalah menarik. Karakter-karakter baru yang muncul seperti Niken dan Rei cukup mampu melepaskan kekesalan saya pada teman-teman lama Vira yang lama. Dinamika kehidupan siswa SMA dengan permasalahan nilai akademik dan organisasi cukup membuat saya rindu pada masa-masa itu. Termasuk pada bagian Vira kembali menjadi Vira dan bersemangat tetapi dalam pribadi yang lebih baik. Daebak, Vira!

Satu hal yang terlewat dari awal, setiap pertandingan basket dalam novel ini dideskripsikan dengan detail dan menarik sekali. Tiap baca bagian ini serasa sedang langsung nonton pertandingan basket secara live.

Meski begitu, saya masih gagal paham dengan beberapa hal seperti kasus korupsi ayahnya Vira yang sedikit lebai, cara Vira dan Rei mencari uang tambahan dengan bertaruh, dan beberapa hal lainnya.

Akan tetapi, saya sangat suka dengan ending dari novel ini. Bikin senyum-senyum sendiri.

Post a Comment