Monthly Talk | Masalah Perpustakaan Digital, iJakarta Nggak Ada Duanya


Salah satu kesenangan saya ketika berada dalam perjalanan selain tidur adalah membaca novel. Kesenangan tersebut sudah masuk ke dalam taraf yang mengkhawatirkan sampai kadang bikin saya cukup kerepotan. Pasalnya, setiap bepergian saya hampir selalu membawa barang bawaan yang banyak sementara tangan saya gatal buat menenteng novel. Lebih parah lagi kalau sedang musim hujan seperti sekarang, akan menjadi pengalaman pahit sekali jika novel yang lagi asyik dibaca basah kena hujan. Sayangnya, hal itu pernah terjadi. Novel saya basah karena kehujanan, meski tidak parah tapi bekasnya cukup bikin menghela napas.

Tepat seminggu yang lalu dalam perjalanan mengejar kereta lokal menuju stasiun Bandung.

Beruntungnya, saya punya alternatif lain untuk mengantisipasi hal-hal tersebut. Salah satunya adalah mempersiapkan bahan bacaan dalam bentuk digital. Meski banyak pilihan tapi menggunakan aplikasi iJakarta adalah sebuah keharusan. Saya sudah mengenal aplikasi perpustakaan digital ini sejak awal tahun dan tetap setia menggunakannya sampai sekarang. Banyak sekali keuntungan yang bisa saya ambil dari iJakarta, selain mempermudah saya mengakses dan membaca buku (aplikasi ini merupakan aplikasi ePustaka sekaligus eReader) juga bisa menjadi teman jalan yang nyaman ketika berada di dalam kendaraan. Tidak perlu takut bahan bacaan kita lecet atau basah karena hujan, atau menghabiskan tempat penyimpanan, aplikasi bisa di-install ke ponsel pintar dan tinggal disimpan di saku jika tidak sedang digunakan.
IJakarta adalah perpustakaan digital yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan PT. Woolu Aksaramaya. Aplikas ini diluncurkan pada puncak Hari Anak Jakarta Membaca di Balai Kota. Selain iJakarta, PT. Woolu Aksaramaya juga sudah mengembangkan MOCO, aplikasi eReader yang dilengkapi dengan fungsi media sosial. Hampir serupa dengan iJakarta tempat para penggunanya bisa mengunduh dan membaca ebook dengan percuma.

Kali ini, buku yang saya baca menggunakan aplikasi iJak adalah kumpulan cerpen berjudul Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan [baca ulasannya di sini]. Ini merupakan karya Eka yang paling dini, diterbitkan pada tahun 2000 oleh Penerbit Aksara Indonesia yang diterbitkan kembali oleh Gramedia Pustaka Utama pada Mei tahun ini.

Untuk bisa menggunakan aplikasi iJakarta, tentu saja hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengunduh aplikasinya. Beruntungnya, aplikasi ini bersifat multiplatfrom. Kamu bisa menginstalkannya di tiga jenis platform.

UNDUH DI SINI!

Setelah ter-install, ada dua cara mendaftarkan diri menjadi anggota yakni dengan menggunakan akun facebook dan alamat email. Setelah berhasil, kamu akan menemukan beberapa fitur yang bisa kamu gunakan untuk kenyamanan pengalaman membaca kamu lewat iJakarta.

Di antaranya adalah sebagai berikut.
Beranda, tempat segala aktivitas para pengguna iJakarta terekam.

Susunan Rak. Bagian ini terdiri dari tiga rak, Pinjaman Buku tempat buku-buku yang kamu pinjam tersimpan, Antrian Buku untuk daftar buku yang sedang kamu tunggu karena masih dipinjam dan stoknya habis serta Riwayat Pinjaman tempat buku-buku yang pernah kamu pinjam tercatat.

Notifikasi, terdiri dari tiga bagian yaitu Aktivitas yang berkaitan dengan akun kamu, Kotak Masuk tempat kamu bisa chit-chat dengan sesama pengguna dan Konfirmasi.

Kategori Buku, bagian pertama yang akan kamu lihat. Di bagian ini, kamu bisa memilih genre buku apa saja yang kamu ingin pinjam dan baca. Genrenya sendiri sangat beragam dari buku-buku fiksi seperti novel dan buku-buku nonfiksi berbagai ilmu pengetahuan.

Terakhir, Kategori ePustaka. Di bagian ini, kamu akan menemukan daftar ePustaka yang menyediakan beragam macam buku yang mungkin kamu minati. Untuk mengaksesnya, kamu hanya perlu mendaftarkan diri. Jika kamu memiliki banyak koleksi ebook, kamu juga bisa mengajukan diri untuk membuat ePustaka-mu sendiri di sini.

Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi fitur-fitur dalam aplikasi iJak, kamu bisa memahaminya [di sini] atau mengamatinya di video berikut.


Bagaimana, tertarik untuk menggunakan iJak?

Eits, tapi tunggu dulu! Sebelum kamu mulai mengunduh buku yang kamu suka dan membacanya via aplikasi iJak, saya punya beberapa tips membaca nih untuk kenyamanan dan kesehatan mata kamu.

Check this out!

1. Matikan Akses Data. Salah satu keunggulan iJakarta adalah kita bisa menggunakan fitur eReader sekalipun akses data dimatikan. Hal ini terjadi karena buku yang kita pinjam otomatis terunduh dan tersimpan ke dalam memori telepon. Dengan begitu, kita bisa membaca buku dalam mode luring. Akses data bisa dimatikan begitu saja atau menggunakan flight mode. Selain untuk menghindari gangguan ketika membaca seperti bunyi ringtone dari pesan atau panggilan masuk, mematikan akses data juga bisa digunakan untuk menghemat daya baterai agar tidak cepat panas atau habis. Hal ini sangat berguna sekali khususnya untuk ponsel saya yang tidak lagi begitu cerdas. wkwk

2. Sesuaikan Kecerahan Layar. Mengatur kecerahan ponsel ketika membaca tidak hanya bertujuan agar tulisan mampu dibaca dengan baik tapi juga untuk menghindarkan mata kita dari stress. Cahaya yang kurang atau berlebihan bisa menyebabkan hal tersebut. Untuk mengatur kecerahan layar, kita bisa melakukannya lewat setting secara manual maupun otomatis menggunakan pilihan auto brighteness. Bahkan aplikasi untuk mengatur kecerahan layar ponsel agar lebih nyaman ketika digunakan pun ada dan kamu bisa menggunakannya, tiga di antaranya adalah Lux, Twilight dan Velis.

3. Perhatikan Jarak Baca. Masalah jarak baca yang ideal ketika berhadapan dengan teks dalam layar Official Journal of The American Academy of Optometry lho. Ini berarti bahwa jarak ketika kita membaca teks di layar ponsel cukup penting untuk diperhatikan. Dalam jurnal tersebut dipaparkan bahwa jarak ideal untuk membaca teks dalam layar ponsel adalah satu kaki atau sekitar 30.48 cm. Akibatnya jelas jika jaraknya terlalu jauh, mata kita tidak dapat menangkap tulisan yang tertera tapi jika terlalu dekat maka ini akan berpengaruh pada meningkatnya tuntutan pada kemampuan akomodasi dan koordinasi antar mata yang berakibat pada kondisi mata lelah dan pusing kepala.
ponsel pernah menjadi isu yang diangkat oleh

4. Ingat Peraturan "20-20-20". Peraturan ini sebenarnya tidak hanya berlaku ketika kamu membaca menggunakan ponsel tetapi juga komputer, laptop dan alat digital lainnya. Logikanya, ketika mata terus menerus menatap ponsel membuat matamu kering dan kelelahan. Jika terus dibiarkan, hal ini akan menyebabkan syaraf-syaraf mata menjadi tegang dan penglihatan dengan kabur. Oleh karena itu, selain harus rajin berkedip maka menerapkan peraturan "20-20-20" juga perlu dilakukan. Peraturan yang dimaksud adalah berhenti menatap layar perangkat digital kita setelah 20 menit untuk (usahakan) melihat benda sejauh 20 kaki selama 20 detik.

Nah, jangan lupa terapkan empat tips di atas ya agar kita merasa nyaman ketika membaca via ponsel, terutama menggunakan aplikasi iJakarta.

Selamat memburu dan membaca buku favoritmu!


Post a Comment